Kehadiran bulan suci ramadhan, benar-benar membawa barokah bagi masyarakat, diantaranya bagi para pedagang makanan dan minuman untuk ta’jil berbuka puasa. Jika hari-hari biasa, Pemkab Lumajang melarang semua pedagang berjualan di kawasan sekitar trotoar alun-alun, maka dengan datangnya ramadhan, para pedagang, khususnya penjual makanan dan minuman untuk ta’jil diberi kelonggaran berjualan. Demikian penjelasan wakil Bupati, Drs. H. As’at Malik, M.Ag., kepada sejumlah insan pers di ruang kerjanya.
Namun begitu, tegas Wabup masa toleransi itu hanya berlaku selama bulan ramadhan saja. Para pedagang tersebut juga berkewajiban membersihkan meja dan lapak-lapaknya, setelah mereka selesai berjualan, agar kawasan alun-alun tetap terjaga kebersihan dan keindahannya. “Toleransi untuk para pedagang itu, dalam rangka menghormati bulan ramadhan”, jelasnya.
Sebagaimana pengalaman tahun-tahun lalu, para pedagang ta’jil tersebut biasanya mulai berjualan sekitar pukul 15.00 Wib hingga maghrib, bahkan ada yang berjualan sampai menjelang shalat isya’ dan tarwih. Itu sebabnya, Wabup bwerpesan, agar para pedagang memperhatikan ketertiban dan keindahan lingkungan. “saya sarankan agar tidak berjualan terlalu malam di kawasan alun-alun”, tegas Wabup menambahkan.
Sehubungan dengan kehadiran bulan ramadhan ini, semua ummat Islam menghormatinya. Bagi mereka yang kebetulan tidak menjalankan shiam, diharapkan tidak makan atau minum secara terang-terangan di hadapan mereka yang tengah menjalankan ibadah shiam tersebut. Apalagi, menggoda dan mengganggu ummat Islam yang berpuasa, maka hukumnya haram.
Sejak beberapa waktu lalu, para pedagang kaki lima yang sebelumnya mangkal di kawasan alun-alun, telah direlokasi di tempat lain, seperti misalnya sekitar stadion Semeru dan eks sub terminal Tukum. Sejauh ini, para pedagang kaki lima bias mersakan hasil dari kebijakan relokasi Pemkab Lumajang. Karena, konsumennya cukup ramai yang tentu menguntungkan mereka. (Mir)
sumber : lmj
Posts
Post a Comment